Banten

Parlemen

Politik

Hukum

Ekbis

Peristiwa

Olahraga

Calon Dewan

Nasional

Dunia

Gaya Hidup

Opini

Singgung Soal Ketimpangan! Pernyataan Penutup Anies Bikin Meleleh, Ini Lengkapnya

Laporan: RMN
Senin, 05 Februari 2024 | 01:42 WIB
Capres nomor urut 1, Anies Baswedan didampingi Cawapres Muhaimin Iskandar meyampaikan closing statemen pada debat capres kelima. (TangkapanLayar)
Capres nomor urut 1, Anies Baswedan didampingi Cawapres Muhaimin Iskandar meyampaikan closing statemen pada debat capres kelima. (TangkapanLayar)

RMBanten.com  - Jakarta - Closing statement (pernyataan penutup) capres nomor urut 1 Anies Baswedan menyampaikan saat debat kelima atau terakhir Pilpres 2024 bikin meleleh bagi ymasyarakt ang menyaksikan tayangan itu.

Dalam penutupnya itu Anies menyinggung soal ketimpangan.

"Yang hidup dari ketimpangan ini, yang justru mendapatkan kekuasaan dari ketimpangan ini. Itu yang kami lawan. Tapi, kami tidak melawan dengan kebencian dan rasa ketidaksukaan," kata Anies di arena debat JCC, Senayan, Minggu, (4/2).

Anies berjanji bersama cawapresnya yaitu Muhaimin Iskandar akan membawa spirit 'Surodiro Joyoningrat, Lebur Dening Pangastuti' yang punya arti segala ankara murka akan kalah oleh kebaikan. Anies juga menyampaikan kepentingan bangsa mesti di atas semua.

"Merah-Putih di atas semua, penghormatan kepada kebhinekaan. Penghormatan kepada persatuan akan mengantarkan kita yang kita ikhtiarkan bersama-sama menjadi Indonesia yang cerdas, sejahtera, sehat," jelas Anies.

Menurutnya, soal kesetaraan kesempatan bagi semua yang akan dibawa bersama Muhaimin.

"Setara bagi laki-perempuan, kaya-miskin, kota-desa, mereka yang berpendidikan umum, madrasah, pesantren, agama apapun, suku apapun," tutur Anies.

Ini closing statemen lengkap Anies Baswedan

Ibu bapak, saudara sebangsa yang saya cintai. Selama satu tahun lebih, kami berkeliling Indonesia berjumpa dengan jutaan rakyat. Mereka datang bukan mengharap bayaran. Mereka datang membawa harapan. Mereka menginginkan ada perubahan. Kondisi hidup yang lebih baik. Bisa lebih makmur.

Orang tua yang di malam hari melihat anaknya tidur dalam kondisi miskin dia melihat sambil mambayangkan 'akankah anak saya tetap miskin tetap ini kelak? Bisakah mereka hidup lebih baik?'

Kami berjuang untuk perubahan, agar orang tua yang miskin itu bisa melihat anaknya tidur sambil berkata 'syukur alhamdulillah, walaupun saya miskin, walau saya kelas menengah, tapi negara hadir untuk membantu anak saya punya masa depan yang cerah'

Perjalanan ini adalah perjalanan spiritual bagi kami. Setiap jabat tangan, setiap pelukan membawa pesan. Pesan yang mereka sampaikan sebagai 'titip kami ingin Indonesia yang lebih baik, kami ingin Indonesia yang lebih adil. Dan kami tahu, Tuhan yang maha kuasa Allah SWT menginginkan kekuasaan yang welas asih, yang cinta kasih'

Karena itu, Tuhan yang maha kuasa, Allah SWT akan memberikan kekuasaan yang kepada yang dihendaki. Qulillāhumma mālikal-mulki tu`til-mulka man tasyā`u wa tanzi'ul-mulka mim man tasyā` bahwa tuhan akan memberikan dan mencabut dari yang dikehendaki.

Karena itu kami dalam berjuang menyadari betul cinta kasih, welas asih, ketulusan, keteguhan, menjadi bagian dari perjuangan ini. Kami menemukan orang-orang yang bertugas di lapangan bersama kami. TNI, polisi, ASN, kepada mereka kami ucapkan terima kasih yang luar biasa. Dan kami akan perhatikan untuk bisa hidup lebih baik setiap tahunnya nanti.

Kita juga menyaksikan ada yang menolak ini. Yang hidup dari ketimpangan ini. Yang justru merasakan kekuasaan dari ketimpangan ini. Itu yang akan kami lawan. Tapi kami tidak melawan dengan kebencian. Kami tidak melawan dengan rasa ketidaksukaan. Kami akan membawa ini dengan spirit suro joyo diningrat lebur dening pangastuti. Bahwa segala angkara murka akan kalah akan kebaikan.

Merah putih di atas semuanya. Penghormatan kepada kebhinekaan. Penghormatan kepada persatuan akan mengantarkan kita yang kita ikhtiarkan bersama-sama. Menjadi Indonesia yang cerdas, sejahtera, sehat. Kesetaraan, kesempatan bagi semua itulah yang akan kami bawa.

Setara bagi siapa? Laki-laki dan perempuan. Kaya dan miskin. Kota desa. Mereka yang berpendidikan umum, madrasah, pesantren, agama apapun, suku apapun. Dan kami akan tegaskan, negara tidak berdagang dengan rakyat. Negara tidak pelit dengan rakyat. Negara tidak berpaling dari yang papa. Negara yang penuh cinta kasih kepada semuanya. Negara yang hadir dengan perasaan yang halus, yang rahman yang rahim. Kepada semua yang merangkul dengan perasaan cinta sebagai orang tua, sebagai abah bagi anak-anaknya semua. Yang mencintai semua dengan sepenuh hati. Memperhatikan yang paling bawah untuk meningkatkan kesejahteraan.

Yang di tengah terangkat. Bila yang terbawah terlupakan, yang di tengah pun akan terlupakan. Terhimpit. Karena itu pesan yang kami bawa adalah pesan negara yang menyayangi, negara yang welas asih. Dan negara yang membereskan soal ketimpangan. Negara yang membereskan soal ketidakadilan. Membesarkan yang kecil tanpa mengecilkan yang besar. Yang menguatkan yang lemah tanpa melemahkan yang kuat. Mari katong lakukan perubahan.rajamedia

Komentar: