Banten

Parlemen

Politik

Hukum

Ekbis

Peristiwa

Olahraga

Calon Dewan

Nasional

Dunia

Gaya Hidup

Opini

Penyesalan Pangung

Oleh: Dahlan Iskan
Jumat, 07 Oktober 2022 | 06:01 WIB
Foto: Disway
Foto: Disway

RMBanten.com, Disway - Penyesalan pun seperti tak kan  pernah terbayar. Lihatlah pemberitaan di media di luar negeri. "Lebih 100 orang dibunuh polisi" bunyi spanduk berbahasa Inggris di stadion sepak bola di Jerman. Fotonya tersebar di berbagai media.

Sangat menyakitkan polisi kita.

The New York Time, koran paling bergengsi di dunia, juga begitu menyudutkan polisi Indonesia. Pun sampai anggaran pembelian gas air mata diungkap di situ.

Padahal mungkin saja yang menembakkan gas air mata itu tidak sadar bahwa itu melanggar aturan sepak bola. Padahal yang menendang dan memukul suporter itu mungkin tidak tahu bahwa menangani aksi massa di sepak bola berbeda dengan menangani demo anarkis. Suporter sepak bola mungkin memang banyak yang nakal. Tapi kenakalan harus dibedakan dengan kejahatan. Saya mengategorikannya nakal. Bukan jahat.

Kini suporter Aremania-Aremanita bersatu solid. Pun suporter dari berbagai klub sepak bola. Korban begitu besar: 131 orang meninggal. Bergelimpangan.

"Kita kawal penyelidikan tragedi ini," ujar Sam Antok Baret. "Jangan sampai ada rekayasa," katanya. Antok Rabu lalu didaulat untuk orasi di depan Aremania. Ia tinggal di Jakarta. Tapi diminta pulang oleh Aremania. Untuk ikut mengawal penyelidikan tragedi Kanjuruhan itu.

"Saya akan tinggal di Malang sampai urusan ini selesai," katanya. Antok, Anda sudah tahu: tokoh yang dianggap preman Blok M Jakarta. Ia asli Malang. Setiap Arema main di Jakarta, selalu ia tampung di Blok M. Ia tokoh sentral Aremania di Jakarta.

Pada dasarnya Antok itu seniman. Sejak di sekolah teknik negeri (setingkat SMP) ia sudah pegang gitar. Tapi juga sering berkelahi. Dan selalu menang. Ia lanjut ke STM di Bangkalan, ikut kakaknya yang jadi guru di Madura. Masih aktif bergitar. Kian aktif berkelahi. Tak terkalahkan.

Hanya sebentar kuliah di teknik sipil ITN Malang, Antok merantau ke Jakarta. Tanpa tujuan. Tanpa tempat tinggal. "Saya tidur di Masjid Mutia. Selama satu tahun," katanya.

Setelah itu ia ngamen di Blok M. Saat itulah gitar salah satu pengamen hancur. Dirusak preman yang minta uang pada anak itu. Sebagai sesama pengamen, Antok mencari siapa yang sok jagoan berani merusak gitar pengamen itu. Ketemu. Ia hajar. Mulailah para preman Blok M tunduk pada Antok. Ia pun membentuk Kelompok Pengamen Jakarta (KPJ) yang terkenal itu. Pengamen pun bersatu. Aman.

Tinggi badannya 180 cm. Kekar. Ideal untuk adu fisik. Ia pesilat sejak SD. Lalu karateka sejak SMP. Ia suka menolong. Perantau dari Malang ia beri pertolongan dan perlindungan. Juga yang dari Surabaya. Ia tidak membedakan Arek Malang atau Arek Suroboyo. Pokoknya Arek.

Kini umurnya sudah 65 tahun. Masih gagah dan wibawa. Pidatonya di Malang kemarin masih agitatif. Lihatlah videonya. Namanya lebih terkenal sebagai Antok Baret. Yakni sejak rekaman lagu bersama Iwan Fals. Iwan-lah yang memberi nama itu. Diambil dari kebiasaan Antok mengenakan Baret. Pun sampai sekarang.

Ia preman yang juga pencipta lagu. Sudah sulit menghitung lagu yang ia ciptakan. Salah satunya: Laskar Bingung Menyerbu Jakarta. Ia sendiri yang menyanyikannya. Ada sembilan lagu di album Laskar itu. Yang enam lagu ciptaannya sendiri.

Ia preman yang religius. Pidatonya di Malang itu sarat dengan idiom-idiom agama.

Kesenimanannya juga diwujudkan dalam Warung Apresiasi. Yakni semacam padepokan seni di Gelanggang Remaja Bulungan, Jakarta Selatan. Di situlah siapa pun bisa berekspresi. Silakan menyanyi. Bermusik. Atau berpuisi. Asal harus karyanya sendiri.

Antok juga pembaca puisi yang andal. Belum lama ini ia tampil di panggung. Baca puisi (lihat video). Itu di ulang tahun ke 40 Kelompok Pengamen Jakarta. Kapolri juga hadir di ultah itu. Kapolri memotong tumpeng untuk Antok. Seniman-seniman besar sering mampir di sini. Termasuk, dulu, penyair-dramawan WS Rendra. Hari-hari ini Antok bersama Aremania-Aremanita yang lagi berduka. Ia memang bisa jadi salah satu muara duka.

Sebenarnya sudah banyak politisi yang cari panggung: ingin mendamaikan Bonek-Bonita dan Aremania-Aremanita. Sejak lama. Tapi mereka tahu motifnya sangat politis. Suporter dijadikan panggung.

Maka tragedi Kanjuruhan menjadi momentum agar tanpa makcomblang pun mereka bisa bersatu. Antok Baret sudah bicara persatuan itu. Bonek juga sudah bicara. Mereka pun bisa bertemu dengan tulus. Tanpa dimanfaatkan siapa pun.

Panggung suporter memang besar. Tapi panggung itu juga panas. (Dahlan Iskan)rajamedia

Komentar:
BERITA LAINNYA
Ilustrasi transplantasi hati. (Foto: Repro)
Jaga Hati
24 April 2024
Harry, isteri dan dua anaknya.--
Politik Hati
23 April 2024
Mantan Presiden AS Donald Trump tertidur saat mengikuti sidang di Pengadilan New York.-Pool-
Ngantuk Terkulai
22 April 2024
Kepolisian Kanada merilis kasus perampokan emas terbesar yang terjadi tahun lalu.--
Emas Bodoh
21 April 2024
Calon Perdana Menteri baru Singapura, Lawrence Wong.--
Nilai Wong
20 April 2024
Facebook Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong yang cukup aktif.
Nilai 95
19 April 2024